
Hari yang ditunggu-tunggu Renata akhirnya tiba. Dia tidak percaya akan sebegitu dekat dengan Januar, cowok yang ditaksirnya sejak SMP. Keputusunnya untuk masuk ekskul Paskib pastinya akan berdampak besar untuknya. Tapi ya.. biarlah segalanya adil dalam cinta dan perang katanya dalam hati sambil tersenyum.
“Ngapain lu senyam-senyum sendiri, aneh tahu,” kata Hermy.
“Ya ampun Hermy sayang, hari ini kan gua bakal ketemu sama my Januar,” kata Renata dengan mata bersinar-sinar.
“Tiap hari kan ketemu”
“Ini tuh beda tahuuu, lu sih enak sekelas sama dia, lha gue, jarak ampe tiga kelas gitu,” kata Renata lagi. Hermy dan Januar ditempatkan di kelas X-1 sedangkan Renata di kelas X-4.
“Emang bukan rezekinya lu kali. Udah yuk, entar diomelin sama sesepuh”, kata Hermy.
“Sesepuh?” kata Renata
“Sapa lagi kalo bukan kak Rara sama kak Oki, ampe mudeng gue dengernya” kata Hermy.
Mereka berdua pun meninggalkan toilet perempuan dan langsug berbaris ke lapangan.
Hari itu cuaca sangat panas. Keringat Renata tak mau berhenti keluar. Tapi anehnya, Renata melihat Hermy cuek-cuek saja, meskipun terlihat betul wajah Hermy sampai memerah saking panasnya. Renata yakin, tampangnya gak terlalu berbeda.
“Nah, ade-ade sekalian. Selamat datang di ekskul Paskibra SMA Harapan. Saat ini, kalian tengah berdiri di tengah lapangan yang akan menjadi saksi kesuksesan kalian kelak. Kalian telah tiba pada tahapan baru, tahapan dimana kalian dituntut untuk menjadi lebih baik dan lebih dewasa. Tetapi kebiasaan-kebiasaan lama yang memang dibutuhkan, akan kami bantu untuk lestarikan, sedangkan kebiasaan baru yang tidak disiplin, tanpa etika dan tidak bertanggung jawab akan kami pangkas. Selain itu, …,”
Renata tak sanggup lagi memperhatikan pidato panjang sesepuhnya. Fikirannya jauh melayang ke arah Januar di dua baris sebelah kanannya. Bagaimana Januar tersenyum, bagaimana Januar berjalan, bagaimana ia tampak keren dengan kaos olah raga dan celana trainingnya… Haaa.. Renata menghela nafas, bagaimana Januar bisa begitu menawan.
Sesekali ia melirik Hermy yang berdiri disebelahnya. Hermy tampaknya melahap semua perkataan senior itu. Tapi dia langsung mengernyit jika mendengar kata-kata yang tidak sesuai dengan seleranya.
Renata kemudian berfikir, sebenarnya mereka datang kemari untuk latihan atau untuk diceramahi sih?. Gak jelas mana yang bener.
“Renata Saputri !,” kata sebuah suara
Latihan ini bener-bener konyol. Hermy benar seharusnya dia tidak bergabung dengan ekskul ini. Gue juga konyol banget, fikir Renata.
“Renata Saputri !,” kata sebuah suara lagi
Hanya tentara barangkali yang bisa menyaingi cara latihan mereka. Mungkin latihan mereka bahkan lebih baik dibandingkan ini.
“RENATA SAPUTRI !!!!,”
“Apaan sih?!” kata Renata.
Semua mata melihat ke arah Renata. Dilihatnya sesepuh alias senior yang berpidato tadi melotot ke arahnya sambil menahan amarah.
“Kamu tidak memperhatikan perkataan saya?!!,” kata kak Rara kesal.
“Siap! Saya dengar kok kak,” kata Renata.
“Begitu ?” katanya gak percaya.
“Kalau begitu sekarang sebutkan tiga hal yang menjadikan seseorang menjadi paskibra!” perintah kak Rara galak.
Mampus gue, ngedengerin aja enggak. Dengan penuh harap dia melirik ke arah Hermy. Tapi tampaknya Hermy juga tidak bisa berbuat apa-apa. Apa boleh buat, kali ini Renata harus benar-benar memeras otaknya.
“Urm, kedisiplinan, kebersamaan dan … ,” kata Renata ngarang. Tiba-tiba dilihatnya Hermy melotot seolah berkata : Berhenti bicara sekarang!
“SALAH!!! Untuk menjadi paskibra hanya butuh satu hal. Mencintai bangsa dan negaranya. Jelas sekali kamu tidak mendengarkan kata-kata saya tadi, Push-up sekarang dua puluh kali” kata kak Rara murka.
Kali ini Renata benar-benar pasrah. Dengan enggan ia push up, meski rasanya sejak awal badannya sudah mau rontok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar